Scheller Populer

Senin, 21 Februari 2011

Simfoni Kearifan Nusantara Menuju Globalisasi Agroindustri Raya


Berkembangnya era globalisasi, membawa manusia ke dalam kehidupan yang lebih modern. Era ini, menuntut masyarakat untuk lebih sigap, cermat, dan kreatif terhadap perkembangan ekonomi. Era perdagangan bebas dan globalisasi sudah berjalan beberapa tahun. Tetapi, Indonesia belum siap menghadapinya. Buktinya, Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Malaysia, Korea bahkan Vietnam dan Philipina. Terdorong realitas tersebut, maka diperlukan percepatan revitalisasi mahasiswa berdasar kearifan lokal dalam meningkatkan pembangunan disegala bidang. Hal ini juga untuk meningkatkan kemampuan serta mengukur kesiapan demi memenangkan kompetisi di tingkat global. Keunggulan komparatif di bidang agroindustri harus lebih di gelorakan dalam nuansa modernisasi kehidupan.
 Perkembangan ini terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Indonesia sebagai negara dengan populasi seperempat milyar sangat berpengaruh terhadap kemajuan zaman. Namun kualitas hidup Indonesia menunjukkan semakin menurun. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup Indonesia (2007), dalam skala kepulauan luas tutupan hutan di Indonesia semakin berkurang, di Papua tinggal 73%, di Kalimantan 39%, Sumatera 37%, dan Jawa tingggal 8,2%. Kualitas air sungai pada 33 sungai di 30 propinsi di Indonesia, 50 % sudah tidak dapat digunakan untuk air baku air minum. Hasil pemantauan udara melalui Air Quality Monitoring System menunjukkan terjadinya peningkatan hari tidak sehat di kota Jakarta sebanyak 49 hari, di Medan sebanyak 18 hari, dan di Surabaya sebanyak 7 hari. Timbunan sampah akibat gaya hidup di perkotaan telah mencapai 5.280 m3/hari di Jakarta Pusat, 9.560 M3/hari di Kota Surabaya, 7.500 m3/hari di Kota Bandung dan 1.132 m3/hari di Kota Yogyakarta (Tasdyanto, 2010).  
Di Indonesia ada slogan yang menyatakan “Pemuda harapan bangsa” atau Maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada pemudanya. Mahasiswa sebagai agent of changes memiliki kewajiban sekaligus tantangan untuk berkontribusi secara nyata dan berkarakter idealis. Sebagai agent of change karena pemuda/mahasiswa dapat berfungsi sebagai bagian dari masyarakat yang mampu mendorong, memotivasi, dan mempelopori terjadinya pembaharuan. Selain itu, Pemuda/Mahasiswa juga sebagai bagian dari masyarakat yang dinilai memiliki intlektual dan memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya karena lingkungan yang berbeda. Sedangkan agent dapat diterjemahkan sebagai perantara atau perwakilan dari suatu institusi/lembaga. Sebagai agent of change dapat dikatakan pula sebagai actor perantara atau perwakilan dari proses perubahan pada masyarakat kearah yang lebih baik. Sejarah mencatat peran pemuda/mahasiswa dalam pembaharuan negeri ini dari sebelum kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan. Sebut saja tahun 1912 (Douwes Dekker dkk), 1928 (Sumpah Pemuda), 1945 (kemerdekaan RI) , 1965 (melawan G 30 S/PKI), 1998 (Reformasi). Beberapa momentum diatas hanya sedikit menggambarkan tentang kepedulian pemuda/mahasiswa Indonesia dalam mengawasi jalannya pemerintah. Peran pemuda/mahasiswa ini menunjukkan adanya kekonsistensian pemuda/mahasiswa dalam mengawasi dan jika perlu melakukan perlawanan atau penekanan terhadap jalannya pemerintah yang dianggap melenceng. Perjuangan masih panjang, dinamika kehidupan semakin kompleks, dan tidak hanya bisa berbangga diri hanya dengan sejarah yang telah ada. Semoga identitas pemuda/mahasiswa sebagai agent of change tidak hanya menjadi sejarah saja, tetapi menjadi semangat juang dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat.
  Kontribusi bidang pendidikan untuk menuju pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah konsep pendidikan yang mendukung pembangunan berkelanjutan yang memberi kesadaran dan kemampuan manusia untuk berkontribusi lebih baik bagi pembangunan berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang. Hal ini mengandung nilai terbangunnya kapasitas bangsa yang mampu mengembangkan dan mengimplementasikan kegiatan yang mengarah kepada keberlanjutan pembangunan ekonomi, ekologi, dan sosial budaya.
Karya tulis berjudul “Simfoni Kearifan Nusantara Menuju Globalisasi Agroindustri Raya” ini ditujukan untuk revitalisasi peran mahasiswa sebagai agent of change berdasar kearifan lokal dalam meningkatkan pembangunan di segala bidang. Selain itu, karya tulis ini diharapkan juga dapat memberikan solusi dunia agroindustri untuk  menuju pembangunan yang berkelanjutan yaitu dengan cara membangun kreativitas dan karakter individu sejak dini. Simfoni adalah perkumpulan beberapa band yang mainkan berbagai aliran musik dengan kord cinta dan nada kemanusiaan. Dalam kamus bahasa Indonesia simfoni adalah musik yang ditulis untuk orkes lengkap (biasanya terdiri atas empat bagian). Keberagaman merupakan suatu rahmat untuk memperkuat serta saling mengenal satu dengan yang lain. Kearifan Nusantara Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom
(kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Balipos terbitan 4 September 2003 memuat tulisan “Pola Perilaku Orang Bali Merujuk Unsur Tradisi”, antara lain memberikan informasi tentang beberapa fungsi dan makna kearifan lokal, yaitu:
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan
dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate.
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya
pada upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
5. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.
6. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
7. Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan
penyucian roh leluhur.
8. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron
Client

Upaya Revitalisasi Peran Mahasiswa
Untuk mewujudkan Tiga pilar Education for Sustainable Development (ESD) meliputi, pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, dan pelestarian lingkungan hidup. Lebih jauh unsur budaya juga diidentifikasi sebagai tema dasar esensial ESD mengingat pentingnya ESD menyentuh para pemangku kepentingan dan mitra baru dalam kerangka lokal yang relevan. Dalam suatu perguruan tinggi perlu dikembangkan kultur freedom for RIGHT (Religi, Gelora Agroindustri, Hipnotis).
Kultur kebebasan (freedom) seperti, kebebasan belajar dan kebebasan berkomunikasi di perguruan tinggi merupakan modal awal dalam meningkatkan kepekaan mahasiswanya. Kebebasan belajar tidak hanya tersekat dinding mewah kampus, akan tetapi juga mempelajari segala persoalan yang berada di luar kampus ( riil di masyarakat). Metode pembelajaran yang berimplikasi sosial mendorong mahasiswa untuk menghargai serta lebih kreatif dalam menerapkan teori-teori fundamental barat. Kebebasan berkomunikasi yang baik adalah adanya peluang mahasiswa untuk berpendapat, bertanya, berhak untuk melontarkan gagasan ilmiah secara obyektif serta kebebasan untuk penyebaran ilmu pengetahuan dan publikasi hasil-hasil penelitian kepada seluruh komponen perguruan tinggi dan terhadap lingkungan masyarakatnya.

Religi
            Religi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia. aspek agama sangat penting bagi kehidupan insan Indonesia. Ideologi pancasila tertulis secara jelas pada sila I “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini menunjukkan bahwa manusia-manusia Indonesia hendaknya beragama. Sehingga sebagai budaya nusantara yang arif dan bijaksana tentu aspek religi sangat fundamental.
            Agama mendapatkan kekuatan yang terus bertahan dan bermakna politiknya dari keyakinan bahwa yang sakral berada di belakang norma-norma sosialnya. Kekutan keagamann hanyalah sentimen-sentimen yang diinspirasi oleh kelompok kepada anggotanya, tetapi diproyeksikan ke luar kesadaran yang dialami mereka dan dimanifestasikan (Durkheim, 1965). Orang menjadi lebih dari pada sekedar manusia biasa ketika ia memiliki komunitas sakral bersama. Orang-orang menjadi berdaya, serta mengembangkan rasa percaya diri untuk bertindak dalam melakukan sesuatu. Agama-agama memerinci tindakan apa yang harus diambil, dan keyakinan-keyakinan keagamaan menciptakan kewajiban untuk bertindak (Hoge, 1974). Singkatnya, bahwa pencitraan keagamaan mempunyai hubungan yang erat, baik dengan orientasi politik-filosofis maupun dengan perasaan menyangkut isu tertentu (Glock,1965).
            Dengan demikian Mahasiswa dapat secara terkontrol dalam kehidupan dunia. Mahasiswa dapat merelatifkan posisinya vis a vis agama-agama lain tanpa merelatifkan inti dogmatisnya sendiri. Jadi Mahasiswa sebagai kaum intelektual dapat memegang teguh keyakinan namun dapat merelatifkan posisinya dalam kehidupan pluralisme (Hardiman, 2010).

Hipnotis
Hipnotis (Inggris: hypnosis) adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain secara sengaja untuk masuk ke dalam kondisi yang menyerupai tidur, dimana seseorang yang terhipnotis bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, serta menerima sugesti dengan tanpa perlawanan. Teknik ini sering dilakukan untuk menjelajahi alam bawah sadar. Istilah hipnotisme (hipnotis) dan hipnosis pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter bedah asal Skotlandia pada tahun 1841-1842 yang merupakan singkatan dari "syaraf tidur" ("neuro-hypnotism"). Hipnotis, atau tidurnya syaraf, sebagai kondisi di saat sistem syaraf dihentakkan dengan pikiran buatan. Proses ini membuat hipnotis berbeda dengan kondisi tertidur atau tersadar (bangun) pada umumnya (Braid, 1852).
            Maka hipnotis dikalangan Perguruan Tinggi pun efektif untuk menanangani kasus-kasus :
·         Memberikan nasihat agar lebih mudah masuk ke hati.
·         Proteksi/perisai dari niat jahat, misal rekrutmen jaringan teroris.
·         Meluluhkan orang yang keras, kalap, pelit (dalam kasus menagih) dll.
·         Memberikan keyakinan dan sugesti pada orang yang sedang secara psikis maupun fisik hingga bangkit rasa percaya dirinya.
Sebagai penunjang induksi hipnotis ilmiah. Mahasiswa perlu dibekali dengan ilmu hipnotis. Kebanyakan anak-anak petani miskin di pedesaan secara tidak langsung memiliki pemikiran yang terprogram. Hal ini terlihat jelas, anak petani yang kesehariannya dihadapkan dengan tanaman padi serta gembala domba akan beranggapan masa depannya akan seperti orang tuanya. Seperti halnya komputer yang telah terprogram maka tugas kaum intelektual yaitu mengubah maindset anak tersebut dengan metode hipnosis. Ketika anak itu  berada dalam keadaan antara tertidur dan sadar maka program baru yang berupa sugesti kreatif diberikan secara perlahan. Sehingga diperoleh maindset baru yang lebih fresh secara efektif dan efisien.
Di bidang Kedokteran Misalnya, hipnotis telah lama digunakan secara berhasil untuk membantu mengurangi rasa sakit yang diasosiasikan dengan penyakit kanker. Majalah Life dalam edisi Januari 1954, menerbitkan sebuah artikel berkaitan dengan efek ini yang diberi tajuk “The Use of Hypnosis in the Case of the Cancer Patient” (Caprio, 2007).

Gelora Agroindustri
            Gelora Agroindustri merupakan upaya dalam memperkuat ketahanan pangan nasional dengan sebuah kerinduan melihat kembali Indonesia sebagai Macan Asia. Ibu pertiwi rindu kabar yang diterima oleh putra-putri di seluruh propinsi Indonesia adalah kabar yang harum mengenai agroindustri Indonesia. Mahasiswa berkewajiban mengajak dan turut serta dengan seluruh lapisan masyarakat untuk kembali berjuang, membuat komitmen dan mendeklarasikan  kejayaan agroindustri dalam menghadapi globalisasi.
             Akselerasi inovasi manajemen agroindustri sangat diperlukan. Hal ini juga untuk meningkatkan kemampuan serta mengukur kesiapan demi memenangkan kompetisi di tingkat global. (Budhiarta, 2009). Berdasarkan upaya pemerintah selama ini, perlu adanya perbaikan yang memberikan inovasi dibidang agroindustri. Setidaknya ada tiga pilar yang perlu dibangun guna mendukung sektor agroindustri memiliki dampak yang positif terhadap kaum miskin sebagaimana yang diungkapkan oleh Prowse dan Chimhowu (2007) dalam studinya yang bertajuk “Making Agriculture Work for The Poor” yakni :
Pertama pentingnya pembangunan infrastruktur yang mendukung perekonomian masyarakat. Infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung program pengentasan kemiskinan yang dalam hal ini petani di pedesaan. Di Vietnam, pesatnya penurunan angka kemiskinan tak lepas dari tingginya investasi untuk pembangunan irigasi dan jalan yang mencapai 60 persen dari total anggaran sektor pertanian mereka pada akhir dekade 1990-an. Hal yang sama juga dilakukan di India yang membangun infrastruktur pedesaan. Bahkan di Ethiopia yang pernah mengalami krisis pangan dan kelaparan pada pertengahan dekade 1980-an, perbaikan jalan di pedesaan dan peningkatan akses pasar bagi para petaninya mampu mengangkat tingkat kesejahteraan para petaninya.
Kedua, perluasan akses pendidikan.  Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam mengentaskan kemiskinan di pedesaan melalui tiga saluran yakni dimana tingkat pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan produktivitas di sektor pertanian itu sendiri. Kemudian, pendidikan juga berhubungan dengan semakin luasnya pilihan bagi petani untuk bisa bergerak di bidang usaha di samping sektor pertanian itu sendiri yang pada gilirannya juga akan dapat meningkatkan investasi di sektor pertanian. Terakhir, pendidikan juga berkontribusi terhadap migrasi pedesaan – perkotaan (Mosley, 2004).
Ketiga, penyediaan informasi baik melalui kearifan lokal setempat maupun fasilitasi dari pemerintah. Umumnya petani miskin memiliki kualitas modal sosial yang rendah yang berakibat terhadap minimnya akses terhadap informasi seperti informasi kesempatan kerja, informasi pasar mengenai input dan output pertanian, dan informasi mengenai teknik – teknik pertanian terbaru. Kurangnya informasi ini merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan mengapa petani  Indonesia tetap miskin.
Dilihat dari sisi pembangunan nasional, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa agroindustri perlu dikembangkan secara sunggu-sungguh (Iwantoro, 2002), karena beberapa alasan berikut : Pertama, selama orde baru telah banyak dihasilkan komoditas pertanian, tetapi belum berhasil secara optimal meningkatkan nilai tambah karena terbatasnya proses pengolahan, sehinggga nilai tambah produk pertanain dinikmati oleh pihak luar negeri. Kedua, Agroindustri merupakan bidang usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sekitar 41% dari total lapangan kerja industri pengolahan. Ketiga, Agroindustri menyumbang sekitar 74% ekspor industri pengolahan nonmigas. Salah satu indikator tingkat industriliasi suatu negara dapat diukur dari tingkat keberagaman serta banyaknya rangkaian aktivitas penambahan nilai tambah (Daihani, 2000). Fakta diatas menunjukkan indikasi bahwa pentingnya pengembangan agroindustri yang berbasis pada sumber daya nasional sebagai landasan yang kuat dalam mempercepat proses industriliasi di segala bidang di Indonesia.
Akselerasi inovasi gelora agroindustri bagi mahasiswa diupayakan untuk produktivitas dan kesejahteraan serta kestabilan lingkungan. Mahasiswa diberbagai bidang ilmu yang digelutinya perlu dan harus mempunyai jiwa agroindustri yang berpihak kepada petani gurem yang jumlahnya puluhan juta. Kaum muda dengan ilmu yang diperoleh diupayakan dapat memberikan kontribusi nyata bagi kaum petani. Sebuah kontribusi alternatif industrialisasi berlandaskan zero waste  yang sesuai dengan pelestarian lingkungan hidup. Mahasiswa juga diharapkan menjadi kaum intelektual yang mengedepankan kearifan lokal dalam menjalani kehidupan. Calon pemimpin bangsa harus menjadi birokrat yang memperjuangkan kaum petani, baik dibidang perbankan, teknik, informasi, hukum, politik, sosial, dan budaya. Sehingga  kebijakan yang selalu merugikan petani dapat di “switch” menjadi kebijakan yang menyejahterakan petani. Kebijakan yang berpihak kepada rakyat tani miskin merupakan modal utama bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Rakyat tani miskin sejahtera maka akan merangsang sektor lain untuk lebih unggul dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi.
Adanya sistem yang baik dimulai dari komunitas pendidikan yang berorientasi lokal dapat mewadahi serta menciptakan iklim pembangunan nasional tanpa adanya korban kesenjangan sosial dimasyarakat. Barangkali dengan pengertian freedom for RIGHT (Religi, Gelora Agroindustri, Hipnotis) tersebut  benar-benar dapat bermanfaat dalam meningkatkan kepekaan mahasiswa untuk mewujudkan peran Tri Dharma Perguruan Tinggi.











Daftar Pustaka

Alwi, H., dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Budhiarta, Iwan.2009. Inovasi Manajemen Teknologi di Era Globalisasi. http:// ellizakurniakardiman. blogspot.com/2009_06_01_archive.html. Diakses Minggu, 27 Juni 2010 pukul 18.30 WIB.
Braid, James. Observations on J. C. Colquhoun's History of "Magic, Witchcraft, and Animal Magnetism." Manchester, England: J. T. Parkes, 1852.
Caprio, Frank S., M.D., 2007. Hipnotis : Kekuatan untuk Kebaikan ?. http:// servoclinic .com /page/10/?s=tidak+percaya+diri. Diakses, Minggu 27 Juli 2010 pukul 20.00 WIB
Daihani, Dadan Umar.2000. Mengapa Industri Hilir Perkebunan Indonesia Tidak Berkembang. paper yang dipresentasikan pada prosiding seminar, kebijakan Industri Hilir Perkebunan. Jakarta.
Durkheim, Emile. 1965. The Elementary Forms of Religious Life. New York: Free Press.
Echols, JohnM.,Hassan Shadily. 1990. Kamus Indonesia-Inggris: An Indonesian -English Dictionary. Jakarta: Gramedia.
Glock,Charles Y., dan Stark, Rodney. 1965. Religion and Society in Tension. Chicago: Rand McNally.
Hardiman, Franky Budi. 2010. Aspek-Aspek Ruang Publik. Paper yang dipresentasikan pada prosiding seminar, Ruang Publik. Yogyakarta.
Hoge,Dean. 1974. Commitment on Campus. Philadelphia: Westminter Press.
Iwantoro, Sutrisno. 2002. Kiat Sukses Berwira Usaha: Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan Menengah. Grasindo: Jakarta.
Iun, 2003. Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali, dalam http://www.balipos. co.id.  Diakses Senin, 28 Juni 2010 pukul 09.00 WIB.
Mosley, P. 2004. ‘Severe poverty and growth: a macromicro analysis’, Chronic Poverty Research Centre Working Paper 51, Chronic Poverty Research Centre.
Prowse, Martin., Chimhowu, Admos.2007. Making Agriculture Work for the Poor. London: Overseas Development Institute.
Rohadi, Tasdyanto.2010. Lingkungan Hidup Di Tangan Kita. Paper yang dipresentasikan pada prosiding seminar, Kontribusi Dunia Pendidikan dalam Upaya Perbaikan Lingkungan. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar